PHOTO : SUMBER NET
BrataNewsTV || Beredar isu pungutan liar di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. FL Tobing. ” Biaya operasional pemulasaran janazah korban bencana, 25 November 2025.
Dalam klasifikasi pihak RSUD Dr FL Tobing
2 Petugas BLUD lansung di copot,” ungkap
Denni Aprilsyah Lubis Asisten Administrasi Pembangunan dan Umum Pemko Sibolga,” Kamis 11/12/2025.
Dalam kesempatan tersebut menurut Denni Aprilsyah Lubis, di dampingi oleh. dr. Inova dan Rialisma Marbun, menuturkan adanya informasi yang viral pungli di RSUD Sibolga.
Kami atas nama Pemko Sibolga dan RSUD Dr FL Tobing sudah menelusuri dan untuk hasilnya terdapat 3 ( tiga ) oknum petugas BLUD melakukan pungli.
Ke 3 (tiga) petugas tersebut berinisial KHS,
AT dan satunya ASN yang menjabat Kepala Kamar Janazah.
“Sementara dua orang merupakan honorer, lansung kami pecat, yang ASN kini sedang di proses oleh Inspektorat,” kata Denni.
Denni, Asisten Administrasi Pembangunan dan Umum Pemko Sibolga, ia menegaskan pungli ini merupakan inisiatif oknum, tanpa ada persetujuan dan sepengetahuan pihak manajemen rumah sakit.
“Uang yang di terima oknum pegawai telah dikembalikan ke keluarga korban, sebesar Rp 800.000, namun tindakan tegas tetap di perlukan karena mencoreng nama baik RSU FL Tobing dan Pemko Sibolga ,” ujar Denni dan diamini oleh Direktur RSU FL Tobing, dr. Ivona Hasfika, bersama Wadirum Rialisma Marbun.
Dikesempatan tersebut Ivona menegaskan, seluruh biaya perawatan korban bencana, termasuk perawatan luka dan pemandian jenazah, penutupan luka, dan penggunaan ambulans, sepenuhnya gratis .” Hanya kain kafan saja yang menjadi tanggung jawab keluarga.
Ia menambahkan dan menegaskan kepada pihak petugas RSUD jangan pernah sepeser pun ada bentuk kutipan apapun. Semua ini merupakan tanggung jawab Pemko Sibolga didalam melayani masyarakat yang terkena musibah.
Dalam kasus ini, menjadi peringatan tegas, jangan coba-coba oknum-oknum yang mau memanfaatkan musibah untuk keuntungan pribadi akan kami ditindak tegas dan tanpa kompromi,” tukasnya.
Berita sebelumnya, Doris salah satu Warga Kota Sibolga, yang selamat dari hantaman bencana, Doris duduk menatap tampa arah pasca bencana.
Meratapi rumah yang luluh lantah di terjang banjir, sementara keberadaan istrinya dan anak, dan adik kandungnya, belum dapat di ketahui yang terkubur bersama reruntuhan bangunan dan tanah, di lokasi bencana!
Cerita : Doris 33 tahun pria yang sederhana
itu sembari ia meneteskan air mata uraikan kronologis sebelum bencana.
Sore itu hujan rintik, suasana senja, terlihat tanah longsor dari kejauhan, sementara itu curah hujan masih mengguyur Sibolga dan sudah dua hari seperti tidak ada reda,” kata Doris.
Lalu pada sore itu, disaat awan mulai cerah bencana justru datang dengan cara tragis menerjang kampung kami yang paling tidak terduga dan tidak bisa di bayangkan,” tutur Doris.
Menjelang masuk maghrib, istri saya, Irma Yani Marbun , yang masih hamil lima bulan, meminta saya untuk pergi salat ke masjid? ucapan seperti ini “Pergilah salat” Yang!!!!!? tegur Irma dengan saya.
Ucapan ini menandakan satu kalimat yang terdengar biasa oleh saya , namun rupanya pesan itu, bertanda satu pesan terakhir dari perempuan yang saya cintai!
Saat doa di masjid baru saja selesai, suara dentuman keras mengguncang udara, tapi
bukan petir tetapi itu tanah runtuh (longsor) dari atas punggung bukit lansung menimpa rumah kami dan menelan ingatan, menelan harapan hidup.
Dibawah tanah dan runtuhan rumah itu ada istri yang sedang hamil dan anak saya yang masih sekolah di kelas 3 – SD, dan tiga adik kandung saya. Semua itu terkubur bersama rumah peninggalan orang tua kami!
“Tanpa alat berat, tampa tenaga dan tanpa kerabat keluarga lengkap, saya kembali ke lokasi ke esok harinya, pada pagi itu, saya
mengangkat cangkul dengan tangan yang masih gemetar.
Saya menggali, tanah yang seakan menjadi penjara terakhir bagi keluarga saya. Hingga akhirnya cangkulan itu berhenti dan seperti sesuatu yang saya kenal.
“Ia adalah tubuh adikku, yang sudah dingin, dan diam kaku dan tak akan pernah bangun lagi. Satu per satu, alat berat untuk mencari jenazah yang terkubur di reruntuhan rumah dan tanah, kemudian di temukanlah semua jenazah anak saya, istri saya dan ke 3 adik kandung saya,” ujar Doris, sembari ia usap air mata yang mengalir tampa henti.
Semuanya dievakuasi pada Rabu sore dan
semuanya di makamkan tengah malam di
dalam satu hari,” paparnya.
Dibalik musibah yang saya terima ada yang tidak kalah penting, saya di paksa di dalam suasana duka harus mencari uang yang di minta oleh pihak “RSUD Dr FL Tobing” guna biaya pemulasaran janazah keluarga saya.
“Dengan terpaksa saya harus mencari uang pinjaman bersama keluarga dari luar kota, sebesar Rp 3 juta, guna kepentingan biaya pemulasaran jenazah keluarga saya.
“Meskipun sudah dijelaskan bersama pihak petugas RSUD. Dr FL Tobing Sibolga, kami adalah musibah bencana, namun mereka tetap tak menghiraukan? apa yang sedang saya hadapi,” terang si Doris,- (Red)-Editor BrataNewsTV.












